DAKWAH MASYARAKAT PERKOTAAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu: Agus Miswanto, S.Ag., M.A.
Disusun Oleh:
Arifatul Anifa 16.0401.0023
Chafidhotul Mustaqimah 16.0401.0024
Fitha Irfa Nur Kautsari Hirtsa 16.0401.0025
Munasikhatul Barirah 16.0401.0026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan rahmat-Nya,
sehingga makalah dengan judul “Dakwah Masyarakat Perkotaan” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, teladan bagi umat manusia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Oleh
karenanya kritik dan saran dari para pendidik atau pembaca sangat penulis harapkan
agar menjadi bekal untuk melangkah
lebih maju. Keterbatasan
ilmu pengetahuan, kemampuan dan wawasan dalam penyusunan menjadikan makalah ini masih jauh
dari sempurna, namun demikian semoga bermanfaat bagi yang membaca. Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat islam, dakwah
mempunyai kedudukan yang amat penting. Dakwah merupakan pekerjaan
mengomunikasikan pesan islam kepada manusia. Secara operasional, dakwah adalah
mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitive, rumusannya dapat
diambil dari al-Quran dan Hadis atau dirumuskan oleh da’i sesuai dengan ruang
lingkup dakwahnya.
Dalam situasi masyarakat era globalisasi seperti saat ini, dakwah perlu
digerakkan sebagai pembimbing manusia ke jalan yang benar. Oleh karena itu,
setiap muslim harus bersama-sama melaksanakan usaha dakwah, menyampaikan ajaran
islam serta memberikan kesadaran mengenai ke islaman yang benar.
Pada akhir-akhir ini umat islam di perkotaan banyak yang mengikuti
aktivitas-aktivitas dakwah seperti kajian ilmu dan keagamaan. Untuk
menyesuaikan gaya hidup masyarakat kota yang telah terbiasa dengan kemajuan
tekhnologi, maka metode dan model dakwah yang disampaikan oleh pendakwah harus
disesuaikan dengan kemajuan peradaban dan cara berfikir manusia modern.
Berdasarkan hal tersebut, dalam berdakwah banyak sekali metode yang digunakan
sesuai dengan keadaan masyarakat. Berikut akan kami paparkan beberapa metode
dakwah untuk masyarakat perkotaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan dakwah?
2. Bagaimana
karakteristik masyarakat perkotaan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal
dari kata دعى يدعو ادع
yang artinya mengajak atau menyeru. Dalam pengertian yang luas dakwah adalah
upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk
dan mengamalkan ajaran islam atau untuk mewujudkan ajaran islam kedalam kehidupan
yang nyata. dakwah juga berarti penyebarluasan rahmat Allah, sebagaimana telah
ditegaskan dalam islam dengan istilah rahmatan lil alamin. Dengan
pembebasan, pembangunan, dan penyebar luasan ajaran islam, berarti dakwah
merupakan proses untuk mengubah kehidupan manusia atau masyarakat dari
kehidupan yang tidak islami menjadi suatu kehidupan yang islami. (Muhammadiyah, 2004)
Atas dasar
ini, esensi dakwah dalam islam adalah mengajak kepada kebaikan seperti yang di
terangkan di dalam surat al imran: 110.
كنتم خير أمة أخرجت لنا س تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو
أمن أهل الكتب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفسقون (ال عمران 110)
Menurut
Muhammad Husen Fadhullah dakwah adalah “ajakan untuk menuju Allah dan mengikuti
jejak Rosul-Nya yang berarti, ajakan untuk menaati dan mengikuti ajaran agama
islam yang dikehendaki Allah SWT untuk diikuti oleh manusia.” (Fadhullah,
1997)
Dakwah dizaman
Nabi Muhammad saw, dilakukan melalui tiga bentuk, yaitu lisan, tulisan dan
perbuatan. Dakwah melalui lisan pertama kali dilakukan nabi kepada keluarganya
dan sahabat-sahabat beliau. Dakwa melalui tulisan dilakukan nabi dengan cara
mengirim surat yang berisi seruan, ajakan atau panggilan untuk menganut agama
islam kepada raja-raja dan kepala pemerintahan dari negara-negara di sekitar
jazirah arab. Sedangkan dakwah dengan perbuatan adalah dengan merintis dan
mempraktekkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga bentuk
dakwah diatas dapat dilakukan oleh setiap orang islam sesuai dengan profesi dan
kemampuan masing-masing dalam segala kegiatan hidup dan kehidupannya.
Metode dakwah
secara umum dapat merujuk pada firman Allah SWT dalam al qur’an, yaitu metode
al-hikmah, al maw’idhah al hasanah dan al mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
أدع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة
وجادلهم بالّتى هي أحسن إنّ ربك هو أعلم بمن ضلّ عنن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
(النخل:125)
Metode apapun
dalam berdakwah, yang pasti dakwah harus dijadikan sebagai alat untuk melakukan
perubahan individu atau masyarakat, dari kehidupan yang belum islami menjadi
kehidupan yang islami. Dalam hal ini, dakwah yang dilakukan da’i atau muballigh
harus bersifat korektif, karena dakwah selalu mengoreksi kecenderungan
perkembangan masyarakat yang makin menjauh atau bahkan bertentangan dengan
tatanan islami, baik yang menyangkut tata nilai maupun kehidupan. Dakwah
bersifat panduan karena dakwah itu berarti membimbing atau memandu gerak
masyarakat kearah tatanan masyarakat yang islami.
Jadi dakwah
merupakan sebuah usaha untuk mengajak manusia mengikuti ajaran islam dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan yang dapat dilakukan dengan berbagai metode
dan sasaran yang digunakan sesuai syariat, dengan tujuan mendapatkan kehidupan
yang bahagia baik dunia maupun akhirat.
B. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi
bahasa metode berasal dari dua kata “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan/cara)
dengan demikian metode bisa di artikan sebagai cara/ jalan yang harus di lalui
untuk mencapai suatu tujuan. (Munir, 2009)
C. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
Metode dakwah
itu di bagi menjadi 3 yaitu: (Munir, 2009)
1.
Bil-Hikmah
a.
Pengertian bil-hikmah
Dakwah bil hikmah berarti
penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu mengetahui tujuannya dan mengenal
secara benar serta mendalam terhadap orang atau masyarakat yang menjadi
sasarannya. Dalam kaitan ini, sasaran dakwah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
umat ijabah dan umat dakwah. Umat ijabah adalah individu dan masyarakat yang
telah masuk islam, sedangkan umat dakwah adalah individu dan masyarakat yang
belum masuk islam.
Kata hikmah dalam al quran di sebutkan
sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakirah ataupun ma’rifat. Bentuk masdarnya
“bukman” yang di artikan secarra makna adalah mencegah. Jika di kaitkan dengan
hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika di kaitkan dengan dakwah maka
melakukan Amr Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam metode
dakwah Al-hikmah di artikan bijaksana, akal budi yang mulia, hati yang
bersih,dan menarik perhatian orang kepada agama/tuhan.
Dari beberapa
pengertian di atas dapat di pahami bahwa Al-Hikmah adalah merupakan kemampuan
dan ketetapan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah
dengan kondisi objektif mad’u
b.
Hikmah Dalam
Dakwah
Dari pembahasan di atas dapat di
simpulan bahwa hikmah dalam dunia dakwah mempunyai peran yang sangat penting yang
menentukan sukses/
tidaknya dakwah. Dengan demikian, jika hikmah di kaitkan dengan dakwah, akan di
temukan bahwa hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak
menggunakah satu bentuk metode dakwah saja, sebaiknya mereka harus menggunakan
beberapa cara pendekatan untuk menyebarkan agama islam (dakwah) di karenakan
pada masyarakat satu dengan masyarakat yang lain juga mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda.
2.
Al-
Mau’idza Al-Hasanah
Metode ini
mengandung arti memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat ynag menjadi
sasaran dakwah islam itu dengan cara yang baik, seperti dengan memberi nasihat,
pengajaran, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah jenis kedua ini terkait
dengan sifat dakwah yang memudahkan, menyenangkan dan menggembirakan.
Secara
terminology al-mau’izbab hasanah adalah
prespektif dakwah sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan
seperti mauled nabi dan isra mi’raj istilah al-mau’izbab
hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan “acara yang di tunggu-tunggu”
yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target kesuksesan
dalam sebuah acara.
Menurut istilah al-mau’izbab hasanah memiliki beberapa artian menurut para ahli,
yaitu:
· Imam Abdullah Bin Ahmad An-Nasafi yang di
kutip oleh H. Hasanudin al-mau’izbab
hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka
bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Quran.
· Abd.Hamid Al-Bilali Al-Mauizhah Al-Hasanah
Merupakan
salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan
nasihat atau membimbing dengan lembut agar
mereka mau berbuat baik. al-mau’izbab hasanah
dapat di artikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan,
pendidikan, pesan-pesan positif
Dari beberapa
devinisi di atas al-mau’izbab hasanah bisa di klasifikasikan sebagai; Nasihat
atau petuah, Bimbingan, pengajaran, Kisah-kisah, Kabar gembira dan peringatan, dan
Wasiat.
Jadi secara keseluruhan al-mau’izbab
hasanah mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan tidak membongkar kesalahan
orang lain sebeb menasehali kalbu yang liar ia akan mudah menumbuhkan kebaikan
dari pada ancaman.
3.
Al-
Mujadallah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan
Metode ini
dapat diartikan bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat dilakukan,
sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Secara
etimlogi mujadalah berasal dari kata “jadala” yang artinya memintal, melilit.
Jadi bisa di artikan sebagai tali yang mengikatnya guna memguatkan sesuatu.
Secara
termiologi terdapat beberapa pengertian Al-mujadallah yaitu upaya tukar pikiran
yang di laukakan oleh dua orang yang di lakukan secara sinergis tanpa adanya
suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima
pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat
antara satu dengan yang lainnya saling menghargai pendapat keduanya.
D. Problematika Dakwah Menghadapi Dinamika Masyarakat Perkotaan
Dakwah
akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun waktu ke waktu
berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Dakwah yang efektif tentu
harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil
‘alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal dakwah
setiap zaman tentu akan berbeda, karena dibawakan, dikomunikasikan dan
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Dakwah
pada era kontemporer ini dihadapkan pada berbagai problematika lain yang
kompleks. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju.
Ada tiga problematika besar yang dihadapi dakwah pada era kontemporer ini,
1. Pemahaman masyarakat
pada umumnya terhadap dakwah lebih diartikan sebagai aktifitas yang bersifat
oral communication(tabligh) sehingga aktivitas dakwah lebih beriontasi pada
kegiatan-kegiatan ceramah.
2. Dakwah pada era
sekarang bukan hanya bersifat rutinitas, temporal dan instan, melainkan dakwah
membutuhkan paradigm keilmuan.
3. Problem yang
menyangkut sumber daya manusia.
E. Karakteristik Masyarakat Perkotaan
Muhammadd
Muhyidin (2010) dalam bukunya yang berjudul "orang kota mencari
Allah" menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang menonjol
dalam masyarakat perkotaan, antara lain: (Muhyidin,
2010)
1. Individualisme
Para sosiolog, ketika menggambarkan perbedaan
antara masyarakat kota dan masyarakat desa, akan mengatakan bahwa salah satu
ciri kehidupan masyarakat perkotaan adalah kentalnya individualisme jika
dibandingkan dengan kehidupan masyarakat desa. Gamabaran, citra atau image perkotaan sebagai tempat harapan,
bergantung, dan mewujudkan cita-cita mendorong banyak orang untuk menyesaki
relung-relung perkotaan, sedangkan setiap orang memiliki tujuan dan
cita-citanya sendiri-sendiri.
Dengan kata lain,
ketika orang-orang datang ke perkotaan, maka sesungguhnya mereka datang demi
kepentingan pribadinya masing-masing.
2. Kompleksitas
Terjadinya
kompleksitas permasalahan kehidupan diperkotaan akibat beberapa faktor,
diantaranya:
a. Individualisme
meruntuhkan semangat bekerja sama atas dasar kearifan-kearifan sosial-kultural.
Atau, individualisme meruntuhkan semangat kerja sama atas dasar keikhlasan,
suka rela, dan gotong royong.
b. Individualisme
menjadikan banyak orang mengutamakan kepentingan dan keselamatan masing-masing.
Ini berlaku bagi semua orang dari semua profesi, aktivitas, atau pekerjaan.
c. Individualisme
menghancurkan kepekaan sosial.
3. Pengaruh alam terhadap
masyarakat perkotaan kecil.
4. Mata pencahariannya
beragam sesuai dengan keahliannya.
5. Stratifikasi dan
diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi adalah pendidikan,
kekuasaan, prestasi, kekayaan, dll.
6. Masyarakatnya terbuka,
demokratis, Kritis dan mudah menerima unsur-unsur pembaruan
7. Pranata sosialnya bersifat formal sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
F. Solusi Dakwah Menghadapi Dinamika Masyarakat Kota
Dakwah
merupakan suatu masalah yang konkrit, yang riil, tidak hanya sebagai perintah
Tuhan saja. Sampai sekarang para ahli dakwah kita pada umumnya menitikberatkan
perhatian terhadap dakwah sebagai perintah Allah, tapi kurang melihatnya
sebagai masalah yang konkrit dan riil. Ada beberapa rancangan kerja dakwah yang
dapat dilakukan untuk menjawab problematika umat dewasa ini
1. Menfokuskan aktivitas
dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
2. Menyiapkan profil
strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa ini
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
3. Membuat peta sosial
umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah.
4. Mengintegrasikan
wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah
baik secara internal umat maupun secara eksternal.
5. Mendirikan pusat-pusat
studi dan informasi umat secara lebih professional dan berorientasi pada
kemajuan iptek.
6. Menjadikan masjid
sebagai pusat kegiatan ekonomi, kesehatan dan kebudayaan umat islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam atau
untuk mewujudkan ajaran islam kedalam kehidupan yang nyata. Dakwah dizaman
Nabi Muhammad saw, dilakukan melalui tiga bentuk, yaitu lisan, tulisan dan
perbuatan.
Metode dakwah
secara umum dapat merujuk pada firman Allah SWT dalam al qur’an, yaitu metode
al-hikmah, al maw’idhah al hasanah dan al mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Metode apapun dalam berdakwah, yang pasti
dakwah harus dijadikan sebagai alat untuk melakukan perubahan individu atau
masyarakat, dari kehidupan yang belum islami menjadi kehidupan yang islami.
Dakwah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun waktu
ke waktu berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Dakwah yang efektif
tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil
‘alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal.
Dakwah pada era kontemporer ini dihadapkan pada berbagai problematika
lain yang kompleks. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang
semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadiyah,
p. (2004). Dakwah Kultural Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Muhyidin, M.
(2010). Orang Kota Mencari Allah. Jakarta: Pustaka abadi.
Munir, M. (2009). Metode
Dakwah. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar