Selasa, 30 Januari 2018

DAKWAH MASYARAKAT PERKOTAAN



DAKWAH MASYARAKAT PERKOTAAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu: Agus Miswanto, S.Ag., M.A.


Disusun Oleh:
Arifatul Anifa                                    16.0401.0023
Chafidhotul Mustaqimah                   16.0401.0024
Fitha Irfa Nur Kautsari Hirtsa            16.0401.0025
Munasikhatul Barirah                          16.0401.0026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan rahmat-Nya, sehingga makalah dengan judul “Dakwah Masyarakat Perkotaan” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, teladan bagi umat manusia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Oleh karenanya kritik dan saran dari para pendidik atau pembaca sangat penulis harapkan agar menjadi bekal untuk melangkah lebih maju. Keterbatasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan wawasan dalam penyusunan menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna, namun demikian semoga bermanfaat bagi yang membaca. Aamiin.



DAFTAR ISI

























BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat islam, dakwah mempunyai kedudukan yang amat penting. Dakwah merupakan pekerjaan mengomunikasikan pesan islam kepada manusia. Secara operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitive, rumusannya dapat diambil dari al-Quran dan Hadis atau dirumuskan oleh da’i sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya.
Dalam situasi masyarakat era globalisasi seperti saat ini, dakwah perlu digerakkan sebagai pembimbing manusia ke jalan yang benar. Oleh karena itu, setiap muslim harus bersama-sama melaksanakan usaha dakwah, menyampaikan ajaran islam serta memberikan kesadaran mengenai ke islaman yang benar.
Pada akhir-akhir ini umat islam di perkotaan banyak yang mengikuti aktivitas-aktivitas dakwah seperti kajian ilmu dan keagamaan. Untuk menyesuaikan gaya hidup masyarakat kota yang telah terbiasa dengan kemajuan tekhnologi, maka metode dan model dakwah yang disampaikan oleh pendakwah harus disesuaikan dengan kemajuan peradaban dan cara berfikir manusia modern. Berdasarkan hal tersebut, dalam berdakwah banyak sekali metode yang digunakan sesuai dengan keadaan masyarakat. Berikut akan kami paparkan beberapa metode dakwah untuk masyarakat perkotaan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan dakwah?
2.      Bagaimana karakteristik masyarakat perkotaan?
3.      Metode dakwah apa yang sesuai dengan masyarakat perkotaan?




BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Dakwah 

Dakwah berasal dari kata دعى  يدعو ادع yang artinya mengajak atau menyeru. Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam atau untuk mewujudkan ajaran islam kedalam kehidupan yang nyata. dakwah juga berarti penyebarluasan rahmat Allah, sebagaimana telah ditegaskan dalam islam dengan istilah rahmatan lil alamin. Dengan pembebasan, pembangunan, dan penyebar luasan ajaran islam, berarti dakwah merupakan proses untuk mengubah kehidupan manusia atau masyarakat dari kehidupan yang tidak islami menjadi suatu kehidupan yang islami. (Muhammadiyah, 2004)
Atas dasar ini, esensi dakwah dalam islam adalah mengajak kepada kebaikan seperti yang di terangkan di dalam surat al imran: 110.
كنتم خير أمة أخرجت لنا س تأمرون  بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو أمن أهل الكتب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفسقون (ال عمران 110)
Menurut Muhammad Husen Fadhullah dakwah adalah “ajakan untuk menuju Allah dan mengikuti jejak Rosul-Nya yang berarti, ajakan untuk menaati dan mengikuti ajaran agama islam yang dikehendaki Allah SWT untuk diikuti oleh manusia.” (Fadhullah, 1997)
Dakwah dizaman Nabi Muhammad  saw, dilakukan melalui tiga bentuk, yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Dakwah melalui lisan pertama kali dilakukan nabi kepada keluarganya dan sahabat-sahabat beliau. Dakwa melalui tulisan dilakukan nabi dengan cara mengirim surat yang berisi seruan, ajakan atau panggilan untuk menganut agama islam kepada raja-raja dan kepala pemerintahan dari negara-negara di sekitar jazirah arab. Sedangkan dakwah dengan perbuatan adalah dengan merintis dan mempraktekkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga bentuk dakwah diatas dapat dilakukan oleh setiap orang islam sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing dalam segala kegiatan hidup dan kehidupannya.
Metode dakwah secara umum dapat merujuk pada firman Allah SWT dalam al qur’an, yaitu metode al-hikmah, al maw’idhah al hasanah dan al mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
أدع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالّتى هي أحسن إنّ ربك هو أعلم بمن ضلّ عنن سبيله وهو أعلم بالمهتدين (النخل:125)
Metode apapun dalam berdakwah, yang pasti dakwah harus dijadikan sebagai alat untuk melakukan perubahan individu atau masyarakat, dari kehidupan yang belum islami menjadi kehidupan yang islami. Dalam hal ini, dakwah yang dilakukan da’i atau muballigh harus bersifat korektif, karena dakwah selalu mengoreksi kecenderungan perkembangan masyarakat yang makin menjauh atau bahkan bertentangan dengan tatanan islami, baik yang menyangkut tata nilai maupun kehidupan. Dakwah bersifat panduan karena dakwah itu berarti membimbing atau memandu gerak masyarakat kearah tatanan masyarakat yang islami.
Jadi dakwah merupakan sebuah usaha untuk mengajak manusia mengikuti ajaran islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan yang dapat dilakukan dengan berbagai metode dan sasaran yang digunakan sesuai syariat, dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia baik dunia maupun akhirat.

B.     Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan/cara) dengan demikian metode bisa di artikan sebagai cara/ jalan yang harus di lalui untuk mencapai suatu tujuan. (Munir, 2009)

C.    Bentuk-Bentuk Metode Dakwah

Metode dakwah itu di bagi menjadi 3 yaitu: (Munir, 2009)
1.      Bil-Hikmah
a.       Pengertian bil-hikmah
      Dakwah bil hikmah berarti penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar serta mendalam terhadap orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. Dalam kaitan ini, sasaran dakwah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu umat ijabah dan umat dakwah. Umat ijabah adalah individu dan masyarakat yang telah masuk islam, sedangkan umat dakwah adalah individu dan masyarakat yang belum masuk islam.
      Kata hikmah dalam al quran di sebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakirah ataupun ma’rifat. Bentuk masdarnya “bukman” yang di artikan secarra makna adalah mencegah. Jika di kaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika di kaitkan dengan dakwah maka melakukan Amr Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam metode dakwah Al-hikmah di artikan bijaksana, akal budi yang mulia, hati yang bersih,dan menarik perhatian orang kepada agama/tuhan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di pahami bahwa Al-Hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u

b.      Hikmah Dalam Dakwah
Dari pembahasan di atas dapat di simpulan bahwa hikmah dalam dunia dakwah mempunyai peran yang sangat penting yang menentukan sukses/ tidaknya dakwah. Dengan demikian, jika hikmah di kaitkan dengan dakwah, akan di temukan bahwa hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakah satu bentuk metode dakwah saja, sebaiknya mereka harus menggunakan beberapa cara pendekatan untuk menyebarkan agama islam (dakwah) di karenakan pada masyarakat satu dengan masyarakat yang lain juga mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

2.      Al- Mau’idza Al-Hasanah
Metode ini mengandung arti memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat ynag menjadi sasaran dakwah islam itu dengan cara yang baik, seperti dengan memberi nasihat, pengajaran, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah jenis kedua ini terkait dengan sifat dakwah yang memudahkan, menyenangkan dan menggembirakan.
Secara terminology al-mau’izbab hasanah adalah prespektif dakwah sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti mauled nabi dan isra mi’raj istilah al-mau’izbab hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan “acara yang di tunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target kesuksesan dalam sebuah acara.
Menurut istilah al-mau’izbab hasanah memiliki beberapa artian menurut para ahli, yaitu:
·   Imam Abdullah Bin Ahmad An-Nasafi yang di kutip oleh H. Hasanudin al-mau’izbab hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Quran.

·   Abd.Hamid Al-Bilali Al-Mauizhah Al-Hasanah
Merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lembut agar mereka mau berbuat baik. al-mau’izbab hasanah  dapat di artikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pesan-pesan positif
Dari beberapa devinisi di atas al-mau’izbab hasanah bisa di klasifikasikan sebagai; Nasihat atau petuah, Bimbingan, pengajaran, Kisah-kisah, Kabar gembira dan peringatan, dan Wasiat.
            Jadi secara keseluruhan al-mau’izbab hasanah mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan tidak membongkar kesalahan orang lain sebeb menasehali kalbu yang liar ia akan mudah menumbuhkan kebaikan dari pada ancaman.
3.      Al- Mujadallah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan
Metode ini dapat diartikan bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat dilakukan, sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Secara etimlogi mujadalah berasal dari kata “jadala” yang artinya memintal, melilit. Jadi bisa di artikan sebagai tali yang mengikatnya guna memguatkan sesuatu.
Secara termiologi terdapat beberapa pengertian Al-mujadallah yaitu upaya tukar pikiran yang di laukakan oleh dua orang yang di lakukan secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat antara satu dengan yang lainnya saling menghargai pendapat  keduanya.

D.    Problematika Dakwah Menghadapi Dinamika Masyarakat Perkotaan

      Dakwah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun waktu ke waktu berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Dakwah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil ‘alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal dakwah setiap zaman tentu akan berbeda, karena dibawakan, dikomunikasikan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
      Dakwah pada era kontemporer ini dihadapkan pada berbagai problematika lain yang kompleks. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju. Ada tiga problematika besar yang dihadapi dakwah pada era kontemporer ini,
1.      Pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap dakwah lebih diartikan sebagai aktifitas yang bersifat oral communication(tabligh) sehingga aktivitas dakwah lebih beriontasi pada kegiatan-kegiatan ceramah.
2.      Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat rutinitas, temporal dan instan, melainkan dakwah membutuhkan paradigm keilmuan.
3.      Problem yang menyangkut sumber daya manusia.

E.     Karakteristik Masyarakat Perkotaan

      Muhammadd Muhyidin (2010) dalam bukunya yang berjudul "orang kota mencari Allah" menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang menonjol dalam masyarakat perkotaan, antara lain: (Muhyidin, 2010)
1.      Individualisme
Para sosiolog, ketika menggambarkan perbedaan antara masyarakat kota dan masyarakat desa, akan mengatakan bahwa salah satu ciri kehidupan masyarakat perkotaan adalah kentalnya individualisme jika dibandingkan dengan kehidupan masyarakat desa. Gamabaran, citra atau image perkotaan sebagai tempat harapan, bergantung, dan mewujudkan cita-cita mendorong banyak orang untuk menyesaki relung-relung perkotaan, sedangkan setiap orang memiliki tujuan dan cita-citanya sendiri-sendiri.
Dengan kata lain, ketika orang-orang datang ke perkotaan, maka sesungguhnya mereka datang demi kepentingan pribadinya masing-masing.

2.      Kompleksitas
Terjadinya kompleksitas permasalahan kehidupan diperkotaan akibat beberapa faktor, diantaranya:
a.       Individualisme meruntuhkan semangat bekerja sama atas dasar kearifan-kearifan sosial-kultural. Atau, individualisme meruntuhkan semangat kerja sama atas dasar keikhlasan, suka rela, dan gotong royong.
b.      Individualisme menjadikan banyak orang mengutamakan kepentingan dan keselamatan masing-masing. Ini berlaku bagi semua orang dari semua profesi, aktivitas, atau pekerjaan.
c.       Individualisme menghancurkan kepekaan sosial.

3.      Pengaruh alam terhadap masyarakat perkotaan kecil.
4.      Mata pencahariannya beragam sesuai dengan keahliannya.
5.      Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi adalah pendidikan, kekuasaan, prestasi, kekayaan, dll.
6.      Masyarakatnya terbuka, demokratis, Kritis dan mudah menerima unsur-unsur pembaruan
7.      Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

F.     Solusi Dakwah Menghadapi Dinamika Masyarakat Kota

      Dakwah merupakan suatu masalah yang konkrit, yang riil, tidak hanya sebagai perintah Tuhan saja. Sampai sekarang para ahli dakwah kita pada umumnya menitikberatkan perhatian terhadap dakwah sebagai perintah Allah, tapi kurang melihatnya sebagai masalah yang konkrit dan riil. Ada beberapa rancangan kerja dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab problematika umat dewasa ini
1.   Menfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
2.   Menyiapkan profil strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa ini sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
3.   Membuat peta sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah.
4.   Mengintegrasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah baik secara internal umat maupun secara eksternal.
5.   Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih professional dan berorientasi pada kemajuan iptek.
6.   Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, kesehatan dan kebudayaan umat islam.



BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam atau untuk mewujudkan ajaran islam kedalam kehidupan yang nyata. Dakwah dizaman Nabi Muhammad  saw, dilakukan melalui tiga bentuk, yaitu lisan, tulisan dan perbuatan.
Metode dakwah secara umum dapat merujuk pada firman Allah SWT dalam al qur’an, yaitu metode al-hikmah, al maw’idhah al hasanah dan al mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Metode apapun dalam berdakwah, yang pasti dakwah harus dijadikan sebagai alat untuk melakukan perubahan individu atau masyarakat, dari kehidupan yang belum islami menjadi kehidupan yang islami.
Dakwah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun waktu ke waktu berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Dakwah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil ‘alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal.
Dakwah pada era kontemporer ini dihadapkan pada berbagai problematika lain yang kompleks. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju.




DAFTAR PUSTAKA

 

Muhammadiyah, p. (2004). Dakwah Kultural Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Muhyidin, M. (2010). Orang Kota Mencari Allah. Jakarta: Pustaka abadi.
Munir, M. (2009). Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.


 




    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar